Biodata


Saya seorang lelaki dari delapan  bersaudara. Adik saya perempuan hanya sempat merasakan kehidupan di dunia ini selama 15 hari. Adikku terkena tetanus. Dengan adikku yang meninggal saat masih bayi ini, membuat kami tujuh saudara lelaki semua. Dengan jarak kelahiran berkisar 6 tahun dan yang paling dekat 3 tahun… eh saya lebih dekat ke kakak saya persis hanya 1,5 tahun. Kami tersebar di berbagai kota di Indonesia. Dalam bidang pekerjaan yang berbeda-beda, ada yang di bank BUMN, ada pula yang menjadi PNS di kehakiman dan juga ada yang menjadi PNS di SMA Negeri Pati, ada juga yang di swasta, bahkan ada yang menekuni menjadi petani. Kami bertujuh berentang usia 70-an sampai dengan 50-an tahun pada tahun 2020 ini.

Bapakku Surjo Kamdjono yang pernah menjadi tentara Heiho. Beliau pun pernah menjadi polisi pada sekitar tahun 1960-an yang ditempatkan di Banjarmasin. Kemudian balik ke pulau Jawa dan akhirnya bekerja sebagai PNS di SMA Negeri Pati hingga Beliau pensiun. Sekalipun Beliau bukan seorang guru namun Beliau sangat dihormati oleh para guru di SMA Negeri Pati. Beliau terkenal rajin bekerja. Datang pasti paling pertama. Berangkat menggunakan sepeda onthel. Selesai kerja, biasanya Beliau tidur siang dan berikutnya akan menanam pohon. Halaman rumah kami cukup luas, Bapak suka menanam pohon yang berbuah, terutama pohon pisang. Ada juga pohon nangka dan juga pohon kelapa. Menjelang pensiun Beliau naik golongan menjadi 2A.

Ibuku seorang Ibu Rumah Tangga sekaligus penyangga kehidupan ekonomi rumah tangga. Ibuku seorang pedagang kecil, pernah berjualan kain. Dan berikutnya membuka warung kebutuhan sehari-hari.  Beliau melakoni pekerjaan ini dengan motto yang luar biasa : “dengan berjualan maka uang yang digunakan satu hari bisa dipanjangkan menjadi dua hari”. Beliau baik ke tetangga. Ada beberapa orang tetangga yang meminjam barang dagangan, contohnya ada yang hutang tepung terigu, garam, dll. Biasanya pinjaman ini ditulis di dinding meja tempat dagangan. Pada akhir-akhir Beliau berdagang akhirnya ditulis di buku pinjaman. Namun ada beberapa orang tak mampu membayar pinjaman ini. Ada yang bangkrut usahanya, ada yang terjerat pinjaman ke bank thithil (bank yang nagih harian). Beliau tak berharap dengan ngotot atas orang-orang punya masalah yang demikian ini. Jawab Beliau: “menolong orang lebih daripada tidak menolong”.