Tahun Baru 2015


Usia kami sudah tidak muda lagi. Menjelang 50 tahun. Dan kami (saya dan istri) sama sekali tidak pernah hadir dalam acara tahun baruan. Bagi kami saat dulu, adalah sia-sia saja, beramai-ramai di jalanan tanpa tujuan yang jelas.

Saya di Bandung sejak tahun 1986, rasanya hanya sekali kami keluar rumah saat tahun baru tersebut, yaitu ketika saya baru mempunyai seorang anak, anak pertama, itupun bukan kami menghendaki, namun karena ada saudara (kakak saya yang nomer dua) datang ke Bandung dan ingin merasakan gempitanya kehidupan Bandung pada malam tahun baru. Saat itu, kami berjalan menyusuri jalanan Dago, namun tak bisa leluasa berjalan. Macet dimana-mana. Karenanya kami kapok, tidak akan kami ingin mengulangi lagi. Itulah mengapa pada paragraf pertama tulisan ini mengatakan hal yang demikian ini. Namun tetap saja kami sampaikan Tahun Baru 2015.

Sekeluarga
01 Januari 2015 pukul 01 di Alun-alun Bandung

Perubahan cara berpikir kami tumbuh pada tahun 2014 ini, yaitu: 31 Desember 2014 pada akhir tahun ini. Menjelang saya berangkat keluar rumah untuk melakukan hal yang biasa, yaitu: rapat di Yayasan. Anak yang ketujuh protes sama Ibunya: Libur kok nggak kemana-mana.

Sampai rumah balik dari rapat, sekitar pukul 21.00. “Ayo kata mau jalan-jalannya”. Kata anakku yang lain: “Sudah pada tidur, Pak”. Maka menonton TV menjadi pilihan saya, sambil menunggu mereka bangun. Menjelang pukul 23.00, istriku bangun, itulah perjalanan pertama kalinya dalam sejarah kami sekeluarga keluar rumah pada malam hari di tanggal 31 Desember – 01 Januari, he he he…

Sebagai orang yang sholeh, bingung kemana hendak dijalankan mobil ini. Pilihan tentu diarahkan ke tempat yang sedikit resiko, dibawalah ke Alun-alun Bandung yang baru saja selesai direnovasi dengan rumput sintetik. Dalam halaman ini foto-foto yang ditampilkan adalah acara 01 Januari 2015 pada pukul sekitar 01, baik di mobil maupun di alun-alun Bandung.

Selfie menunggu jalan Pasopati macet Tahun Baru 2015
Selfie menunggu jalan Pasopati macet Tahun Baru 2015

Dalam perjalanan pulang, kami terkena macet panjang di atas jalan layang Pasopati. Anakku menyempatkan diri melakukan tindakan Selfie. Hei…anakku paling kecil menghilang. Dia terlalu aktif bergerak, sehingga menghilang dalam foto ini.

Tahun Baru 2015 diapit dunia akhirat
Tahun Baru 2015 diapit dunia akhirat

Betul itu, kehidupan keduniaan dan keakhiratan mengapit kami. Lambang keduniaan Menara BRI dan lambang keakhiratan menara Masjid Agung Bandung. Dua sisi itu keduanya harus diraih, tidak boleh dilepaskan salah satunya. Keduniaan akan digunakan dengan segala kesungguhan untuk meraih keakhiratan. Nggak mungkin meraih akhirat dengan melepaskan keduniaan. Meraih keduniaan tanpa ada orientasi ke akhirat, maka akan menghasilkan kegersangan dan kesia-siaan pada akhirnya.

Ya Selamat Tahun Baru 2015!


Leave a Reply